-->

Pengujian Kualitas Udara

Pengujian Kualitas Udara - Apakah Anda ingin mengetahui kualitas udara di sekitar Anda? beberapa waktu lalu Greenpeace baru saja meluncurkan aplikasi yang memberikan informasi tentang kualitas udara. Aplikasi ini bernama UdaraKita, Anda dapat mengunduhnya dari ponsel baik itu android maupun IOS.

Pengujian Kualitas Udara

Alat yang disebar di 50 titik ini mampu mendeteksi partikel dengan perhitungan konsentrasi hingga PM 2,5. Dengan bantuan aplikasi ini Anda dapat melihat nilai kualitas udara di lingkungan sekitar kita dan kita akan melihat hasilnya mulai dari sehat hingga berbahaya.

Apabila kualitas udara di sekitar Anda kurang baik maka Anda juga akan mendapatkan saran seperti memakai masker, kurangi aktivitas di luar ruangan dan lain - lain.

Kita juga dapat membagikan informasi ini dengan mensharenya ke media sosial Anda. Kota - kota besar seperti Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Bali dan Riau juga mempunyai pemantauan kualitas udara bersifat realtime menggunakan alat pengukur kualitas udara. Efeknya adalah membuat masyarakat bisa waspada terhadap kualitas udara terkini.

Indonesia sendiri baru memiliki 11 alat pemantau kualitas udara PM10. Dari 11 alat tersebut sembilan dimiliki pemerintah, satu dimiliki Kedutaan Amerika Serikat dan satu dimiliki oleh swasta.

Menurut Kepala Peneliti di Departemen Kesehatan Lingkungan Pusat Penelitian Perubahan Iklim Universitas Indonesia, Budi Haryanto menyebutkan bahwa ukuran kepekaan alat pada pengukuran partikel itu memiliki pengaruh cukup tinggi. Sebagai contohnya alat PM 10 dapat melihat kadar kualitas udara dari sisi dampak lingkungan. Berbeda dengan PM 2,5 yang dapat melihat nyata dampak terkait kesehatan. Angka PM2,5 merupakan salah satu polutan paling berbahaya yang ukurannya sangat kecil.

Pengujian Kualitas Udara

Menurut Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace, Bondan Andriyanu menyebutkan polusi udara di kota besar seperti Jakarta cukup mengkhawatirkan karena pada Semester I/2016, polusi udara Jakarta mencapai level 45 mikrogram permeter kubik atau 4,5 kali dari ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini akan sangat berbahaya bagi ibu hamil, anak - anak dan juga lansia.

Menurut laporan dari World Energy Outlook (WEO) menghitung ada sekitar 70.000 potensi kematian dini akibat polusi udara di Indonesia pada 2015 dan cenderung akan meningkat dua kali lipat pada 2040 yaitu 140.000 kasus. Apabila pemerintah tidak mempunyai langkah serius mengurangi sumber polutan maka hal tersebut dapat terjadi.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama Langit Biru menyatakan, pada tahun 2016 lalu Medan menjadi kota dengan polusi yang tinggi, diikuti Jakarta dan Batam meskipun kini Jakarta yang menempati urutan pertamanya.

Pengujian ini dilakukan menggunakan alat PM10 dengan empat parameter utama, yaitu manajemen lalu lintas, kualitas bahan bakar, emisi kendaraan dan kualitas air sepanjang jalan. Polusi yang disebabkan karena kendaraan bermotor menyumbang 70% penyebab polusi berbahaya yang merupakan penyumbang tertingginya.

Selain dari sektor transportasi, pembangkit tenaga listrik bahan bakar fosil juga menjadi penyumbang polusi udara tertinggi. Berdasarkan Studi WEO setidaknya ada sekitar 5 polutan berbahaya yang menyebabkan polusi udara yaitu particulate molecules (PM), partikel berukuran sekitar 10 mikrogram, karbon dioksida (CO2), hidrokarbon (HC), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2).

Jakarta Pusat menjadi kota penghasil CO2 paling tinggi, diikuti Manado dan Gorontalo yang disebabkan banyak kendaraan. Sedangkan Jakarta Barat menduduki kota tertinggi penghasil NO2, diikuti Batam dan Semarang yang disebabkan karena fasilitas manufaktur.

Medan memiliki indikator HC paling tinggi, diikuti Surakarta dan Batam. Polutan diproduksi benzene dan petroleum. Sedangkan PM dari kendaraan bermotor, pembakaran kayu, debu dari konstruksi dan pembakaran liar ditempati oleh Medan, diikuti Yogyakarta dan Denpasar. Sedangkan, emisi SO2 diproduksi pabrik-pabrik industri. Batam menduduki emisi SO2 tertinggi, diikuti Banjarmasin dan Tanjungpinang.

Rekomendasi buat pemerintah

Dengan semua alat pemantau kualitas udara yang ada di negara kita ini tentulah masih belum ideal. Apabila kita bandingkan dengan Tokyo dan Los Angeles yang kurang lebih luas wilayahnya hampir sama, Tokyo sudah mempunyai 120 alat pemantau kualitas udara, sedangkan LA 160 alat.

Jumlah alat yang kita miliki tentunya belum dapat mempresentasekan kualitas udara lingkungan kita dengan baik. Dengan mengetahui kondisi kualitas udara di wilayah tertentu membuat pemerintah dapat mengambil kebijakan terkait manajemen transportasi dan masyarakat dapat menghindari atau mewaspadai kadar polutan.

”Misal, pentingnya alat pengukuran PM 2,5 ini karena mampu menyebabkan silent killer.” Dia mengatakan,  alat pengukur pencemaran udara, dilihat dari pendeteksian segi kesehatan terbaik PM 2,5. Banyak juga ahli lingkungan bilang PM 10 sudah cukup.

Pemerintah, kata Bondan, belum serius menangani masalah ini. Soal teknologi, alat dan metodologi masih jadi alasan klasik. Pemerintah, perlu berkomitmen dan konsisten dengan penyediaan pemantau kualitas udara di seluruh Indonesia, terutama kota-kota besar. Aplikasi UdaraKita ini, katanya,  diharapkan mampu menjadi pemantik pemerintah pusat maupun daerah.

0 Response to "Pengujian Kualitas Udara"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel